Selasa, 16 Maret 2010

SEMANGAT "MALASARI" SISWA SMPN 26 BANJARMASIN PENDERITA TB TULANG

Di atas kasur tipis yang dihampar dalam kamar berukuran 3x3 meter, Malasari (15) terbaring lemah. Bukan berbaring layaknya orang normal, melainkan berbaring miring.
Tonjolan tulang di punggungnya, membuat Malasari harus tidur dengan cara seperti itu. Tonjolan itu sangat berpengaruh pada kondisi tubuh gadis yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1993 ini. Dia tidak bisa berdiri ataupun duduk. Pasalnya, tiap kali berdiri, tonjolan tulang seakan menusuk bagian tubuh Malasari yang lain dan menimbulkan rasa perih. "Perihnya sampai ke perut," tutur Malasari.
Sejak dinyatakan menderita penyakit tuberculosis tulang, dua bulan lalu, gadis berambut panjang itu lebih banyak menghabiskan hidupnya dengan berbaring miring atau tengkurap di kasur lusuh tersebut.
Penyakit yang dikenal juga dengan sebutan TB tulang itu tak hanya merengut keceriaan masa remaja Malasari, tetapi juga membuatnya nyaris lumpuh. Untuk beraktivitas, dia dibantu oleh bibinya yang bernama Safrah. Bibinya itu pulalah yang setia memandikan dan mengganti pakaian Malasari.
Saat dijumpai Metro di rumah kontrakan sederhana di Jalan Pekapuran Raya Gang Haji Abdul Syukur RT 4 nomor 26 Banjarmasin, Senin (15/3/2010), Malasari mengaku ingin kembali bisa beraktivitas seperti layaknya orang normal.
Apalagi, beberapa hari lagi, siswa kelas IX C SMP Negeri 26 Banjarmasin ini akan menghadapi Ujian Nasional (UN). Malasari khawatir tak bisa mengikuti UN.
"Saya ingin sekali ikut UN. Bagaimanapun caranya saya mau," ujarnya lirih. Semangat untuk terus bersekolah terlihat jelas dari wajahnya. Bahkan, siswi yang menyukai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ini menyatakan sanggup datang ke sekolah saat UN nanti.
Meski sudah dua bulan lebih tak masuk sekolah, semangat belajar Malasari tetap membara. Tiap hari, dia menyediakan waktu untuk belajar. Mulai dari membahas soal-soal prediksi UN yang diberikan pihak sekolah hingga mengerjakan soal-soal tryout UN yang diantarkan pihak sekolah ke rumahnya.
Terlepas dari penyakit yang dideritanya, kehidupan Malasari juga tidak seberuntung anak pada umumnya. Sejak umur sembilan bulan, dia tinggal dengan Safrah. Kedua orangtuanya bercerai. Ibunya kini entah di mana. Sedangkan ayahnya, bekerja sebagai penjaga malam bergaji kecil di sebuah tempat pembuangan sampah.
Sementara itu, pamannya yang merupakan suami Safrah telah meninggal dua tahun lalu. Untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, termasuk anak keduanya yang masih kuliah, Safrah berjualan kaus kaki. Dengan penghasilannya yang tak seberapa, Safrah mengaku tak sanggup membiayai pengobatan Malasari.
Dengan mata berkaca-kaca, Safrah mengaku sangat prihatin dengan kondisi keponakan yang sudah dianggapnya anak itu. Menurutnya, ketika diperiksa, dokter memvonis Malasari terkena TB tulang dan harus dioperasi. Apalagi, penyakit itu telah membuat salah satu bagian tulang belakang Malasari menonjol.
Agar bisa sembuh, Malasari harus dioperasi dengan biaya sekitar Rp 15 juta. Ditambah biaya untuk membeli pin tulang yang harganya berkisar dua puluh sampai tiga puluh juta rupiah. Belum lagi biaya kamar dan membeli obat.
"Kalau sekadar untuk biaya makan sehari-hari dan sekolah saya bisa cari. Tapi kalau untuk biaya operasi, bagaimana saya sanggup?" ujarnya pelan.
Airmata pun mengalir di kedua pipi Safrah. Ia berharap, ada pihak yang terketuk pintu hatinya untuk membantu biaya perobatan Malasari. Ia ingin, keponakannya itu sembuh kembali dan bisa mengikuti UN.

Senin, 15 Maret 2010

SMP NEGERI 26 BANJARMASIN LAKUKAN GERAKAN "PEDULI MALASARI"




Ya, Allah Sembuhkanlah Hamba dari Penyakitku ini!




Begitulah kiranya apa yang menjadi harapan dan do'a Malasari, salah satu siswa kelas IXC sekolah kami yang menderita TB Tulang. Padahal Ujian Nasional dan Ujian Sekolah SMP tinggal beberapa hari lagi akan dilaksanakan, sementara kondisi orang tua yang tidak mampu untuk membawanya berobat tidak mempunyai dana yang diperlukan untuk biaya operasi anaknya itu.

Semoga dengan adanya tulisan ini, ada para dermawan yang berbaik hati menjadi donator bagi kesembuhannya.